Rabu, 08 Februari 2012

EMFISEMA


EMFISEMA PARU-PARU
1.    Definisi
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan  bahwa tidak termasuk emfisema jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanga destruksi jaringan. Namun, keadaan tersebut hanya sebagai ‘overinflation’.
2.    Patogenesis
Terdapat empat perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien enfisema yaitu :
a.       Hilangnya elastisitas paru-paru
Protease  (enzim paru-paru) mengubah atau merusak alveoli dan saluran napas kecil dengan cara merusak serabut elastin. Sebagai akibatnya, kantung alveolus kehilangan elastisitasnya dan jalan napas kecil menjadi kolaps atau menyempit. Beberapa alveoli menjadi rusak dan yang lainnya kemungkinan menjadi membesar.
b.      Hiperinflasi paru-paru
Pembesaran alveoli sehingga paru-paru sulit untuk dapat kembali keposisi istirahat normal selama ekspirasi.
c.       Terbenuknya bullae
Dinding alveolus membengkak dan berhubungan untuk membentuk suatu bullae (ruangan tempat udara diantara parenkim paru-paru) yang dapat dilihat pada pemeriksaan X-ray.
d.      Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap
Ketika pasien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratoraks akan menyebabkan kolapsnya jalan napas.
3.      Tipe Emfisema
Terdapat tiga tipe dari emfisema :
a.       Emfisema sentriolobular
Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas. Inflama merambah sampai bronkhiolus tetapi biasanya kantung alveolus tetap bersisa.
b.      Emfisema panlobular (panacinar)
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umumnya juga merusak paru-paru bagian bawah. Tipe ini sering disebut centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok. Panacinar timbul pada orang tua dan pasien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin.
c.       Emfisema paraceptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan.
            Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner dan sering kali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan)
4.      Patofisiologi
Emfisema merupakan kelainan dimana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) diantara alveoli, jlan napas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara ruang alveolus (disebut blebs) dan diantara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilator pada ‘dead space’ atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
      Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan pertukaran O2 dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan merokok.

5.      Mekanisme penyakit
6.      Manifestasi Klinik
a.       Penampilan umum
1.      Kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidiafragma
2.      Tidak ada tanda CHF (Congestive Heart Failure) kanan dengan edema dependen pada stadium akhir.
b.      Usia 65-75 tahun
c.       Pengkajian fisik
1.      Napas pendek persisten dengan peningkatan dispnea.
2.      Infeksi system respirasi
3.      Pada auskultasi terdapat penurunan suara napas meskipun dengan napas dalam
4.      Wheezing espirasi tidak ditemukan dengan jelas
5.      Jarang produksi sputum dan batuk
d.      Pemeriksaan jantung
1.      Tidak terjadi pembesaran jantung. Col pulmonal timbul pada stadium akhir
2.      Hematokrit < 60%
e.       Riwayat merokok
Biasanya terdapat riwayat merokok, tapi tidak selalu ada
7. Manajemen  Medis
Penatalaksanaan utama pada pasien dengan empisema adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas yang berguna untuk mengatasi hipoksia.
Pendekatan terapi mencakup :
a.       Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas
b.      Mencegah dan mengobati infeksi
c.       Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasiparu-paru
d.      Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan
e.       Dukungan psikologis
f.       Pendidikan kesehatan pasien dan rehabilitasi
Jenis obat yang diberikan :
a.       Bronkodilator
b.      Terapi aerosol
c.       Pengobatan infeksi
d.      Kortikosteroid
e.       Oksigenasi
D. Pengkajian Diagnosis COPD
1. chest X-ray. Dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskuler / bullae (emfisema), peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronkhitis), dan normal ditemukan saat periode remisi (asma).
2. pemeriksaan fungsi paru-paru, dilakukan untuk menentukan penyebab dari dispnea, menentukan abnormalitas fungsi apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, missal : bronkodilator.

0 Yorum var: